M.Lizamul Widad
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana manusia tersebut berhubungan satu sama lain. Ini tidak lain karena manusia merupakan makhluk sosial, yang keberadaannya membutuhkan dan dibutuhkan manusia lain. Manusia mengaktualisasikan hubungan sosial tersebut dalam setiap lingkup aktifitas sosialnya. berupa keluarga, pekerjaan, organisasi, sampai pada kehidupan bermasyarakat secara luas. Untuk membentuk keharmonisan dan kekohesifan dalam melakukan interaksi antar individu dalam kelompok sosial tersebut. Manusia menciptakan nilai-nilai dan etika yang disepakati bersama. Misalnya, saling menyayangi dalam keluarga, visi dan misi dalam setiap organisasi, hingga semangat gotong royong di masyarakat.
Idealnya memang hubungan manusia dikonstruksikan seperti hal diatas. Seiring berjalannya waktu, terjadi berbagai pergeseran nilai-nilai sosial masyarakat di Indonesia. Dalam dimensi pekerjaan, dengan adanya modernisasi dan industrialisasi di negara ini, tumbuh kawasan-kawasan industri yang bersifat given bagi masyarakat dan terpusat di suatu kawasan. Given disini menunjukan bahwa proses ini tidak timbul dari keinginan masyarakat, tetapi disuntikkan. Ada berbagai efek samping yang ditimbulkan oleh gejala ini. Pertama, ketidaksiapan masyarakat sekitar untuk beradaptasi dengan pola hidup industrialis. Maka daya saing masyarakat lokal akan turun dan mereka terancam tidak memiliki pekerjaan.
Kedua,perputaran uang akan berpusat di kawasan industri dan sekitarnya. Perputaran uang yang memusat ini juga mengindikasikan berpusatnya kesejahteraan. Bagi masyarakat yang hidup di ambang kemiskinan, fakta-fakta ini terlihat menggiurkan, dan selanjutnya yang terjadi adalah maraknya Urbanisasi. ketiga, perputaran uang dan kesejahteraan yang terpusat membangun “strata” dalam pekerjaan. Strata ini membuat presepsi di masyarakat bahwa suatu pekerjaan itu bersifat baik atau buruk. Pengukuran baik-buruknya pekerjaan berdasarkan berapa besar akumulasi kapital yang dihasilkan pekerjaan itu. hal ini berarti pekerjaan di pusat industri adalah baik karena lebih menjanjikan kapital daripada pekerjaan di daerah pelosok (misal:pegawai baik, petani jelek). Lagi-lagi akibat yang ditimbulkan adalah urbanisasi untuk mendapatkan kapital.
Masalah baru timbul ketika urbanisasi terus meningkat dan pusat industri tidak mampu memenuhi lapangan pekerjaan yang cukup bagi para pendatang. Pengangguran dan kemiskinan terus merebak. Dapat ditebak efek domino selanjutnya. Kemiskinan kaum urban berarti pula kemiskinan kaum yang hidupnya bergantung pada hasil berurbanisasi. Dan hasil akhirnya, pemiskinan sistemik oleh kehidupan sosial masyarakat. Dengan tekanan akan pemenuhan kebutuhan oleh para urban dan keluargannya, jalan pintas yang paling mudah bagi mereka adalah perampasan, perampokan, pencurian dan segala kekerasan lain demi mendapatkan kapital. Tidaklah heran mengapa kriminalitas di negeri ini terus meningkat sampai-sampai stasiun televisi dapat menyiarkan berita kriminal setiap harinya.
Dengan sejumlah fakta diatas, menurut penulis solusi paling memungkinkan adalah pemerataan. Pemerataan SDM di seluruh wilayah yang selama ini memang belum terjamah melalui program transmigrasi, disertai dengan pemerataan infrastruktur berupa sarana tranasportasi, komunikasi, pendidikan, akses kapital dan lain sebagainya. Dengan pemerataan, lambat laun kesenjangan-kesenjangan ekonomi, sosial, dan pekerjaan di berbagai daerah akan berkurang dan manusia akan dapat memilih pekerjaan sesuai yang diminati tanpa harus teraleniasi.
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan bagaimana manusia tersebut berhubungan satu sama lain. Ini tidak lain karena manusia merupakan makhluk sosial, yang keberadaannya membutuhkan dan dibutuhkan manusia lain. Manusia mengaktualisasikan hubungan sosial tersebut dalam setiap lingkup aktifitas sosialnya. berupa keluarga, pekerjaan, organisasi, sampai pada kehidupan bermasyarakat secara luas. Untuk membentuk keharmonisan dan kekohesifan dalam melakukan interaksi antar individu dalam kelompok sosial tersebut. Manusia menciptakan nilai-nilai dan etika yang disepakati bersama. Misalnya, saling menyayangi dalam keluarga, visi dan misi dalam setiap organisasi, hingga semangat gotong royong di masyarakat.
Idealnya memang hubungan manusia dikonstruksikan seperti hal diatas. Seiring berjalannya waktu, terjadi berbagai pergeseran nilai-nilai sosial masyarakat di Indonesia. Dalam dimensi pekerjaan, dengan adanya modernisasi dan industrialisasi di negara ini, tumbuh kawasan-kawasan industri yang bersifat given bagi masyarakat dan terpusat di suatu kawasan. Given disini menunjukan bahwa proses ini tidak timbul dari keinginan masyarakat, tetapi disuntikkan. Ada berbagai efek samping yang ditimbulkan oleh gejala ini. Pertama, ketidaksiapan masyarakat sekitar untuk beradaptasi dengan pola hidup industrialis. Maka daya saing masyarakat lokal akan turun dan mereka terancam tidak memiliki pekerjaan.
Kedua,perputaran uang akan berpusat di kawasan industri dan sekitarnya. Perputaran uang yang memusat ini juga mengindikasikan berpusatnya kesejahteraan. Bagi masyarakat yang hidup di ambang kemiskinan, fakta-fakta ini terlihat menggiurkan, dan selanjutnya yang terjadi adalah maraknya Urbanisasi. ketiga, perputaran uang dan kesejahteraan yang terpusat membangun “strata” dalam pekerjaan. Strata ini membuat presepsi di masyarakat bahwa suatu pekerjaan itu bersifat baik atau buruk. Pengukuran baik-buruknya pekerjaan berdasarkan berapa besar akumulasi kapital yang dihasilkan pekerjaan itu. hal ini berarti pekerjaan di pusat industri adalah baik karena lebih menjanjikan kapital daripada pekerjaan di daerah pelosok (misal:pegawai baik, petani jelek). Lagi-lagi akibat yang ditimbulkan adalah urbanisasi untuk mendapatkan kapital.
Masalah baru timbul ketika urbanisasi terus meningkat dan pusat industri tidak mampu memenuhi lapangan pekerjaan yang cukup bagi para pendatang. Pengangguran dan kemiskinan terus merebak. Dapat ditebak efek domino selanjutnya. Kemiskinan kaum urban berarti pula kemiskinan kaum yang hidupnya bergantung pada hasil berurbanisasi. Dan hasil akhirnya, pemiskinan sistemik oleh kehidupan sosial masyarakat. Dengan tekanan akan pemenuhan kebutuhan oleh para urban dan keluargannya, jalan pintas yang paling mudah bagi mereka adalah perampasan, perampokan, pencurian dan segala kekerasan lain demi mendapatkan kapital. Tidaklah heran mengapa kriminalitas di negeri ini terus meningkat sampai-sampai stasiun televisi dapat menyiarkan berita kriminal setiap harinya.
Dengan sejumlah fakta diatas, menurut penulis solusi paling memungkinkan adalah pemerataan. Pemerataan SDM di seluruh wilayah yang selama ini memang belum terjamah melalui program transmigrasi, disertai dengan pemerataan infrastruktur berupa sarana tranasportasi, komunikasi, pendidikan, akses kapital dan lain sebagainya. Dengan pemerataan, lambat laun kesenjangan-kesenjangan ekonomi, sosial, dan pekerjaan di berbagai daerah akan berkurang dan manusia akan dapat memilih pekerjaan sesuai yang diminati tanpa harus teraleniasi.
Tulisan yang cukup bagus. tapi, menurutku tidak perlu dibuat judul yang se"serem" itu. buatlah judul yang sederhana, agar orang terdorong untuk membacanya.
BalasHapus